0

Multinasional Company (MNC)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Perusahaan multinasional atau PMN (MNC/Multinasional Company) adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara, perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. MNC merupakan perkembangan lebih lanjut dari perdagangan internasional dengan mengekspor barang. Dalam kegiatan bisnisnya, sebuah MNC akan dikoordinir oleh perusahaan induk (biasanya berlokasi di negara asal atau home country), di mana fokus perhatian adalah prestasi MNC secara keseluruhan (Yulianti dan Handoyo, 1998:12).

Pembagian fungsi manajemen keuangan secara tradisional tidak dapat diterapkan secara tegas di MNC. Hal ini karena banyak aktivitas keuangan MNC yang melibatkan transfer dana internal, di mana suatu transaksi keuangan antar perusahaan anak harus mempertimbangkan baik keputusan pembelanjaan maupun investasi. Ditinjau dari sudut pandang operasionalisasinya, manajemen keuangan MNC memiliki kekhasan yang membuatnya lebih kompleks dari manajemen perusahaan lokal. Selain memiliki daerah operasi yang lebih luas, MNC juga mempunyai ragam kegiatan keuangan yang lebih banyak. MNC lebih mampu mengontrol pergerakan uang dan laba dalam perusahaan melalui mekanisme transfer internal. MNC juga lebih leluasa dalam menentukan waktu dan modus transfer dana, untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis dalam penganggaran modal MNC?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan penganggaran modal MNC?
3. Bagaimana risiko politik dan ekonomi yang ditimbulkan dari penganggaran modal MNC?

C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Analisis penganggaran modal MNC.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penganggraan modal MNC.
3. Risiko dari penganggaran modal MNC.


D. Prosedur Makalah
Dalam memperoleh data yang diperlukan untuk penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi literature yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji.


BAB II
PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)
MULTINATIONAL COMPANY (MNC)


A. Pengertian
Alat analisis yang digunakan MNC untuk mengevaluasi penanaman modal asing adalah analisis penganggran modal. Alat ini dipergunakan untuk mempertimbangkan apakah suatu rencana penanaman modal layak atau tidak untuk dilaksanakan (Yulianti dan Handoyo, 1998:325).
Penganggaran modal untuk suatu proyek luar negeri menggunakan kerangka teoritik yang sama dengan proyek dalam negeri. Aliran kas dari proyek didiskonto pada rata-rata tertimbang dari biaya modal, atau tingkat penghasilan (rate of return) yang diharapkan dari proyek tersebut, untuk menetukan nilai bersih saat ini (net present value) (Kuncoro, 2001:397-398).
Suatu perusahaan yang akan melakukan investasi di luar negeri (Foreign Investment) biasanya selalu melakukan analisis International Capital Budgeting dengan membandingkan dua pendekatan (approach) untuk menentukan kelayakan investasinya dengan cara sebagai berikut :
1. Pendekatan Mata Uang Domestik (Home Currency Approach)
2. Pendekatan Mata Uang Luar Negeri (Foreign Currency Approach)
Dalam hal ini beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi di luar negeri antara lain :
• Nilai Investasi Awal (Initial Investment)
• Usia proyek
• Arus cash flow per tahun yang diharapkan
• Risk Free rate di dalam dan luar negeri
• Required Return yang diperlukan
• Nilai tukar atau current exchange rate
Keputusan untuk melakukan investasi luar negeri merupakan elemen yang sangat penting dalam strategi global sebuah perusahaan multinasional. Investasi asing langsung umumnya melibatkan sejumlah besar modal dan prospek yang tidak pasti. Risiko investasi diikuti oleh lingkungan yang asing, rumit, dan senantiasa berubah. Perencanaan formal merupakan suatu keharusan dan umumnya dilakukan dalam suatu kerangka penganggaran modal yang membandingkan manfaat dan biaya investasi yang diusulkan.
Pendekatan terhadap keputusan investasi yang lebih kompleks juga tersedia. Terdapat beberapa prosedur untuk menentukan struktur modal yang optimum dari suatu perusahaan, mengukur biaya modal suatu perusahaan, dan mengevaluasi alternatif investasi berdasarkan kondisi ketidakpastian. Aturan keputusan untuk pilihan investasi umumnya memerlukan pendiskontoan arus kas investasi yang telah disesuaikan dengan risiko berdasarkan tingkat suku bunga yang memadai: rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan. Umumnya, perusahaan dapat meningkatkan kemakmuran pemiliknya dengan melakukan investasi yang menjanjikan nilai sekarang bersih yang positif. Ketika mempertimbangkan pilihan yang sifatnya saling lepas atau saling tidak bergantung (mutually exclusive), perusahaan yang rasional akan memilih opsi yang menjanjikan nilai sekarang bersih yang paling maksimum.
Dalam lingkungan internasional, perencanaan investasi tidak sesederhana itu. Perbedaan dalam huokum pajak, sistem akuntansi, laju inflasi, risiko nasionalisasi, kerangka mata uang, segmentasi pasar, pembatasan dalam pengalihan laba ditahan dan perbedaan dalam bahasa dan budaya menambah unsur-unsur kerumitan yang jarang ditemui dalam lingkungan domestik. Kesulitan untuk melakukan kuantifikasi atas data-data tersebut membuat masalah yang ada bertambah buruk.
Adaptasi (penyesuaian) oleh perusahaan multinasional atas model perencanaan investasi tradisional telah dilakukan dalam tiga bidang pengukuran; (1) menentukan pengembalian yang relevan untuk investasi multinasional, (2) mengukur ekspektasi arus kas, dan (3) menghitung biaya modal perusahaan multinasional. Adaptasi ini memberikan data yang mendukung pilihan strategic, yang langkah ketiga dalam proses pembuatan model perusahaan.

B. Dasar-dasar Penganggaran Modal MNC
Dalam sebuah perusahaan MNC yang akan melakukan investasi harus membuat daftar kemungkinan investasi yang akan dilakukan. Dari daftar tersebut kemudian kan diseleksi kemungkinan investasi mana yang akan dipilih. Proses seleksi ini tergantung pada kriteria keputusan dan tujuan yang akan dicapai manajer. Umumnya manajer memilih investasi yang memberikan nilai sekarang neto (net present value) yang terbesar, atau bisa pula berdasarkan aliran kas masuk bersih terbesar dan nilai sekarang yang disesuaikan (Yulianti dan Handoyo, 1998:325).
1. Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value)
NPV didefinisikan sebagai selisih antara nilai aliran kas masa depan yang tealah dinilai sekarangkan dan di diskonto dikurangi aliran kas keluar untuk untuk membiayai proyek (initial net cash outlay). Proyek yang bernilai NPV positif akan diterima sedangkan proyek yang bernilai NPV negatif akan ditolak. Apabila dua proyek investasi bersifat saling meniadakan (mutually exclusive), proyek dengan NPV yang lebih tinggi akan diterima. Tingkat diskonto atau biasa dikenal dengan biaya moda (cost of capital) adalah tingkat harapan kembalian (expected rate of return) proyek yang memiliki risio sejenis.
Dengan rumus sebagai berikut :


Di mana :
IO = Pengeluaran awal (initial outlay)
CFt = Aliran kas pada periode t
k = Biaya model proyek
t = Periode waktu
Model NPV lebih memfokuskan pada keuntungan ekonomis daripada keuntungan akuntansi dan lebih menekankan pada biaya kesempatan (opportunity cost) dari dana yang diinvestasikan. Model ini konsisten dengan tujuan memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
2. Aliran Kas Tambahan
Hal terpenting dan merupakan bagian yang paling sulit dalam analisis investasi adalah menghitung aliran kas dari proyek yang akan dilakukan, antara lain biaya pendanaan proyek, aliran kas masuk selama proyek berlangsung, dan nilai akhir proyek. Dalam melakukan investasi, pemegang saham selalu mempertimbangkan berapa banyak tambahan dana yang aka diterima di masa mendatang atas dana yang ditanamkan. Karena itu, aliran kas per periode tidak begitu penting bagi pemegang saham, yang lebih penting adalah aliran kas tambahan yag akan dihasilkan dari suatu investasi.
Dengan perhitungan secara matematis sebagai berikut :

Dimana :
ACOFt = Arus kas keluar tahunan setelah dipotong pajak selama periode t
ACIFt = Arus kas masuk tahunan selama periode t
TV = Nilai akhir kumulasi (compounded) yang diperlukan sesuai dengan tingkat pengembalian yang diperlukan pada akhir proyek
Sebab-sebab terjadinya perbedaan antara alian kas total dan aliran kas tambahan, antara lain adalah kemungkinan terjadinya kanibalisme, penciptaan penjualan baru, biaya kesempatan, penetapan harga transfer dan royalti.
3. Nilai Sekarang yang Disesuaikan (Adjusted Present Value)
Analisis penganggaran modal standar meliputi perhitungan aliran kas setelah pajak dari investasi yang layak dilakukan, dan perhitungan nilai sekarang aliran kas investasi dengan memasukan faktor diskonto. Tingkat diskonto yang biasa dipergunakan adalah Weighted Average Cost of Capital (WACC). WACC dihitung berdasarkan struktur modal perusahaan.
Pendekatan nilai sekarang yang disesuaikan dapat dihitung dengan rumus :

Di mana :
IO = Initial Outlay
CF = Cash flow
T = Pajak
S = Subsidi
kd = biaya hutang sebelum pajak
C. Penganggaran Modal dari Sudut Pandang Perusahaan Anak dan Perusahaan Induk
Argumen teoritis yang kuat selalu dilontarkan untuk mendukung analisis proyek luar negeri dari sudut pandang perusahaan induk. Aliran kas kepada perusahaan induk pada intinya merupakan dasar bagi dividen untuk pemegang saham, reinvestasi di negara lain, pembayaran utang perusahaan, dan tujuan-tujuna lain yang mempengaruhi kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan perusahaan (steak-holders).
Evaluasi suatu proyek dari sudut pandang lokal dapat bermanfaat namun sebaiknya dimasukkan sebagai bagian dari evaluasi ari perspektif perusahaan induk. Dalam mengevaluasi kinerja suatu proyek luar negeri dibanding proyek lain yang potensial di negara tuan rumah yang sama, perhatian harus ditujukan kepada keuntungan lokal dari proyek itu (Kuncoro, 2001:399-400).
Perbedaan sudut pandang tersebut disebabkan berbagai faktor, yaitu (Yulianti dan Handoyo, 1998:327-328):
1. Perbedaan Pajak
Apabila tingkat pajak yang dikenakan pemerintah tempat beradanya perusahaan anak sangat rendah, sedangkan pajak yang dikenakan oleh pemerintah negara asal sangat tinggi, maka proyek lebih layak di analisis dari sudut pandang perusahaan anak. Tingginya pajak dana yang dikirim perusahaan anak ke perusahaan induk akan menyebabkan pendapatan yang diterima oleh perusahaan induk lebih kecil daripada yang diterima oleh perusahaan anak, untuk proyek yang sama.
2. Pembatasan Repatriasi Pendapatan
Kadangkala pemerintah host country membatasi jumlah repatriasi pendapatan proyek oleh perusahaan anak ke perusahaan induk, pada tingkat persentasi tertentu. Karena perusahaan induk tidak dapat menerima keseluruhan dana yang diperoleh dari proyek, maka proyek tersebut menjadi tidak menguntungkan bagi perusahaan induk. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah membiarkan perusahaan anak membiayai sendiri proyek tersebut. Pendapatan yang diperoleh perusahaan anak kemudian dapat digunakan untuk membiayai proyek selanjutnya.
3. Pengenaan Biaya Administrasi yang Terlalu Mahal
Terkadang perusahaan induk mengenakan biaya administrasi yang tinggi kepada perusahaan anak apabila manajemen yang diterapkan adalah sentralisasi. Bagi perusahaan anak, biaya administrasi tersebut merupakan pendataan. Dalam kasus ini, pendataan dari proyek aan terlihat kecil dari sudut pandang perusahaan anak dan tinggi dari sudut pandang perusahaan induk. Karena itu, dari sudut andang perusahaan induk proyek tersebut menjadi lebih menguntungkan.
4. Perubahan Kurs Valuta Asing
Ketika pendapatan MNC dikirimkan ke perusahaan induk, maka pendapatan tersebut akan dikonversikan ke mata uang negara asal. Karena itu jumlah dana yang akan diterima perusahaan induk akan dipengaruhi oleh perubahan kurs. Apabila pembiayaan proyek dilakukan dari sudut pandang perusahaan anak, maka aliran kas yang diperoleh perusahaan anak tidak akan dipengaruhi oleh kurs karena tidsk perlu dikonversikan ke mata uang negara asal.
Seorang manajer harus menentukan tingkat pengembalian yang relevan untuk menganalisis kesempatan investasi asing. Namun, tingkat pengembalian yang relevan merupakan masalah sudut pandang. Haruskah manajer keuangan internasional mengevaluasi ekspektasi tingkat pengembalian investasi dari sudut pandang proyek luar negeri atau dari sudut pandang induk perusahaan? Pengembalian dari dua sudut pandang ini dapat berbeda secara signifikan karena beberapa hal seperti; (1) pembatasan oleh pemerintah atas repatriasi laba dan modal, (2) biaya izin, royalti, dan pembayaran lain yang merupakan laba bagi induk perusahaan namun merupakan beban bagi anak perusahaan, (3) perbedaan laju inflasi nasional, (4) perubahan kurs valuta asing, dan (5) perbedaan pajak.
Pendapat bahwa tingkat pengembalian dan risiko suatu investasi luar negeri dapat dievaluasi dari sudut pandang pemegang saham domestik induk perusahaan, sudah tidak memadai lagi karena :
1. Investor dalam induk perusahaan semakin banyak yang berasal dari masyarakat dunia.
2. Tujuan investasi harus mencerminkan kepentingan seluruh pemegang saham, bukan hanya yang berasal dari domestik.
3. Pengamatan juga menunjukkan bahwa perusahaan multinasional memiliki horizon investasi jangka panjang' (dan bukan jangka pendek). Dana yang dihasilkan di luar negeri cenderung untuk diinvestasikan kembali dan bukan direpatriasikan kepada induk perusahaan. Berdasarkan kondisi ini, akan lebih tepat untuk mengevaluasi pengembalian dari sudut pandang negara tuan rumah. Penekanan pada pengembalian proyek lokal konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai grup konsolidasi.
Solusi yang memadai adalah mengakui bahwa manajer keuangan harus memenuhi banyak tujuan, dengan memberikan respons kepada kelompok investor dan noninvestor di organisasi dan di lingkungannya. Pemerintah negara tuan rumah merupakan salah satu kelompok bagi investasi luar negeri. Kesesuaian antara tujuan investor multinasional dan negara tuan rumah harus tercapai melalui dua perhitungan pengembalian keuangan: satu dari sudut pandang negara tuan rumah, dan yang lain dari sudut pandang negara induk perusahaan. Sudut pandang negara tuan rumah mengasumsikan bahwa investasi luar negeri yang menguntungkan (termasuk biaya modal kesempatan lokal) tidak akan salah dalam mengalokasikan somber daya negara tuan rumah yang langka. Evaluasi atas peluang investasi dari sudut pandang lokal juga memberikan informasi yang bermanfaat bagi induk perusahaan.
Jika suatu investasi asing tidak menjanjikan pengembalian yang telah disesuaikan risiko yang nilainya lebih tinggi dari pengembalian yang diperoleh pesaing lokal, maka pemegang saham induk perusahaan akan lebih baik untuk berinvestasi langsung di perusahaan lokal.

D. Biaya Penganggaran Modal MNC
Jika investasi luar negeri dievaluasi dengan menggunakan model arus kas terdiskonto, maka tingkat diskonto yang tepat harus dikembangkan. Teori penganggaran modal secara khusus menggunakan biaya modal perusahaan sebagai tingkat diskontonya; dengan demikian suatu proyek harus menghasilkan pengembalian yang setidaknya sama dengan biaya modal perusahaan agar dapat diterima. Tingkat patokan (hurdle rate) ini berkaitan dengan proporsi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan perusahaan sebagai berikut:
Ka = rata-rata tertimbang biaya modal (setelah pajak)
Ke = biaya ekuitas
Ki = biaya utang sebelum pajak
E = nilai ekuitas perusahaan
D = nilai utang perusahaan
S = nilai stuktur modal perusahaan (E + D)
T = tarif pajak marginal
Tidaklah mudah untuk mengukur biaya modal sebuah perusahaan multinasional. Biaya modal ekuitas dapat dihitung dengan beberapa cara. Satu metode yang populer menggabungkan ekspektasi pengembalian dividen dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan dividen. Dengan mengasumsikan Di = ekspektasi dividen per lembar saham pada akhir periode. Po = harga pasar kini saham pada awal periode dan g = ekspektasi tingkat pertumbuhan dalam dividen, biaya ekuitas, ke dihitung sebagai berikut ke = Di/Po + g. Meskipun mudah untuk mengukur harga kini saham, di kebanyakan negara di mana sahamsaham perusahaan multinasional tercatat. Sering kali cukup sukar unhik mengukur Di dan g. Pertama-tama karena Di merupakan ekspektasi. Ekspektasi dividen bergantung pada arus kas operasi perusahaan secara keseluruhan. Mengukur arus kas ini diperumit oleh pertimbangan faktor-faktor lingkungan.Terlebih lagi, pengukuran tingkat pertumbuhan dividen, suatu fungsi ekspektasi arus kas masa depan, diperumit oleh kontrol valuta asing dan restriksi pemerintah lainnya dalam transfer dana lintas Batas.
Pertimbangan pajak lainnya juga berlaku apabila sebuah perusahaan multinasional meminjam dana pada beberapa pasar modal hear negeri. Tarif pajak kini dan prospektif di masing-masing pasar luar negeri selama masa pinjaman harus dipertimbangkan. Status pembayaran bunga yang dapat dikurangkan pajak harus diperiksa lagi, karena tidak semua otoritas pajak nasional mengakui pengurangan bunga (khususnya jika pinjaman yang terkait dilakukan antarpihak-pihak yang berhubungan istimewa). Lagi pula, pengakuan pajak tangguhan, yang timbal pada saat laba untuk keperluan pajak berbeda dari laba untuk keperluan pelaporan eksternal, menjadi praktik yang diterima secara umum di banyak negara-negara industri maju yang menjadi tempat operasi MNC. Karena pajak tangguhan dianggap sebagai kewajiban tanpa bunga yang perlu dibayar, orang dapat bertanya apakah pajak tangguhan ini benar-benar merupakan suatu sumber pendanaan tanpa bunga dan harus dimasukkan dalam menentukan biaya modal. Meskipun gagasan ini memiliki beberapa masukan berharga, kami tidak menyakini bahwa perhitungan biaya modal harus memasukkan pajak tangguhan.
Untuk mengimplementasikan teori penganggaran modal internasional dalam praktik, tidaklah selalu langsung dan tidak mudah dilaksanakan. Dalam praktik nyata, aspek proses penganggaran modal yang paling sukar dan paling penting adalah memperoleh informasi yang akurat dan tepat waktu, khususnya dalam lingkungan internasional, di mana perbedaan iklim, budaya, bahasa, dan teknologi informasi makin memperumit masalah ini.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penganggaran Modal MNC
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penganggaran modal MNC, antara lain (Yulianti dan Handoyo, 1998:331-336):
1. Fluktuasi valuta asing
Valuta asing selalu berfluktuasi sepanjang waktu, baik menguat maupun melemah. Sulitnya peramalan kurs secara benar dan akurat menyebabkan MNC haurus membuat beberapa skenario untuk mengantisipasi perubahan valuta asing. Ada dua skenario yang dapat dipergunakan, yaitu skenario pesimis dan skenario optimis.
2. Inflasi
Inflasi terjadi apabila biaya variabel per unit dan harga barang secara umum naik terus menerus. Inflasi dalam setiap negara dapat berubah dari tahun ke tahun, sehingga akan mempengaruhi aliran khas neto suatu proyek. Peramalan inflasi yang tidak akurat akan menyebabkan ketidakakuratkan peramalan aliran kas neto. Tingkat inflasi di beberapa negara berkembang dapat mencapai 200% atau lebih. Hal ini menyebabkan perusahaan anak tidak mungkin melakukan peramalan tingkat inflasi secara akurat.
Biaya dan pendapatan juga dapat di pengeruhi oleh fluktuasi inflasi. Tetapi ukuran pengaruh inflasi terhadap biaya berbeda dengan pengaruhnya terhadap pendapatan. Efek bersama antara fluktuasi laju inflasi dan valuta asing terhadap aliran kas neto perusahaan anak akana menghasilkan efak partial offestting ditinjau dari sudut perusahaan induk. Apabila inflasi yang relatif tinggi tidak menyebabkan melemahnya nilai mata uang, maka aliran kas neto proyek tidak akan mengalami partial offestting.
3. Struktur penganggaran
Nilai sebuah proyek ditentukan oleh struktur penganggaran perusahaan karena dengan sumber pembiayaan yang berbeda, biaya modal akan berbeda pula. Dan hasil akhirnya, NPV juga berubah. Sebuah perusahaan dapat memilih bentuk pembiayaan dengan modal sendiri atau meminjam dari bank atau lembaga keuangan. Bentuk alternatif pembiayaan seperti ini dapat pula ditentukan dengan analisis penganggaran modal.
4. Blocked fund
Dalam beberapa kasus, negara tuan rumah mungkin melakukan pelarangan atas dana yang akan dikirimkan oleh perusahaan anak ke perusahaan induk. Sebagai contoh, beberapa negara mungkin mengharuskan pendapatan yang diterima perusahaan anak diinvestasikan kembali di negara tuan rumah delama jangka waktu kurang lebih tiga tahun sebelum pendapatan tersebut di izinkan untuk dikirimkan ke negara asal.
5. Ketentuan pembayaraan
Perusahaan induk kadang kala memaksa perusahaan anak untuk mengirimkan dana dalam persentase tetap ( dihitung dari pendapatannya ). Tindakan ini akan memperumit peramalan jumlah dana yang harus dikirimkan ke perusahaan induk.
6. Nilai sisa
Besaranya nilai sisa ( salvage value ) proyek MNC memberikan pengaruh yang signifikan terhadap NPV proyek. Apabila salvage value tidak tentu, maka MNC tidak akan mengetahui dengan pasti nilai salvage value yang akan dipakai dalam menghitung NPV perusahaan dan harus mengestimasikan ulang NPV didasarkan pada perubahan salvage value tersebut. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah nilai salvage value minimal harus menyebabkan NPV 0. apabila salvage value aktual menyebabkan NPV kurang dari 0 maka proyek tersebut tidak layak. Niali salvage value pada saat NPV sama dengan 0 dinamakan break oven salvage value yang dapat diperoleh dengan membuat NPV sama dengan 0 dan menyusun kembali persamaan penganggaran modal.
7. Insentif pemerintahan negara asal
Proyek baru MNC diluar negeri dapat memberikan dampak yang menguntungkan bagi kondisi perekonomian negara asal. Karena itu, investasi berupa pendirian perusahaan anak di luar negeri sangat didukung oleh pemerintah negara asal. Berbagai insentif ditawarkan oleh pemerintah negara asal, antara lain berupa pinjaman dengan bunga rendah dan pengurangan tingkat pajak. Hal ini mempengaruhi analisis pengangaran modal. Dengan subsidi pemerintah maka initial aoutlays yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendiirikan perusahaan diluar negeri akan berkurang. Kedua tipe insentif pemerintah ini dapat memberikan dampak yang berbeda bagi perusahaan induk. Insentif berupa pinjaman dengan tingkat bunga rendah, lebih menguntungkan bagi perusahaan induk dari pada penurunan tingkat pajak. Karena apabila pemerintah negara asal menurunkan tingkat pajak maka tidak mustahil pemerintah negara tujuan justru menaikkan tingkat pajak untuk mengimbangi penurunan dari negara asal. Efek offestting ini menyebabkan keuntungan yang akan diterima perusahaan induk menjadi berkurang atau hilang sama sekali.


8. Biaya sosial
Suatu proyek perlu memasukkan biaya sosisl dalam perhitungan pengeluaran operasional normal. Biaya sosial ini dapat berupa penyediaan tempat tinggal, pendidikan, dan perawatan kesehatan bagi pekerja. Biaya-biaya ini dapat diperhitungkan secara langsung dalam estimasi aliran kas periodik. Pengabaian biaya sosial akan menghasilkan Keputusan penganggaran modal yang keliru.
9. Pengambilan oleh pemerintahan negara tuan rumah
Salah satu bentuk risiko bentuk negara yang akan dihadapi MNC adalah diambilalihnya perusahaan anak oleh pemerintah setempat. Risiko seperti ini akan mempengaruhi NPV. Karena itu perusahaan perlu memperkirakan NPV proyek, sbelum diambil alih.

F. Analisis Pembubaran Usaha
Untuk proyek luar negeri yang telah dijalankan masih perlu dinilai kembali untuk mengetahui apakah proyek tersebut masih layak atau lebih baik dibubarkan. Apabila nilai NPV pembubaran negatif maka proyek tersebut lebih baik tidak dibubrkan. Demikian pula sebaliknya, jika NPV pembubaran bernilai positif maka lebih baik dilakukan pembubaran. Banyak pembubaran yang terjadi disebabkan oleh penilaian kembali industri terkait dan kondisi perekonomian negara asal maupun negara tuan rumah. Sebuah perusahaan yang rasional tidak akan mau mengoperasikan perusahaan anaknya kalo tidak mendapatkan keuntungan.




G. Akuisisi Internasional
Akuisisi internasional perusahaan sama halnya dengan investasi proyek internasional lain. Perusahaan MNC juga perlu mengeluarkan initial outlays dan berharap memperoleh aliran kas yang secara keseluruhan nilai sekarangnya lebih besar dari pada initial outlays. Banyak perusahaan besar yang tertarik untuk melakukan akuisisi internasional. Analisis penganggaran modal dapat digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan dapat di akuisisi atau tidak. Analisis penganggaran modal untuk akuisisi internasional harus memperhitungkan tingkat faluta asing.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika akan melakukan akuisisi internasional, antara lain :
1. Perubahan valuta asing
Waktu ideal untuk membeli perusahaan asing adalah ketika tingkat spot dalam mata uang MNC mencapai tingkat yang sangat rendah dan diperkirakan akan naik setiap waktu. Konsekuensinya, akuisisi proyek potensial dari negara lain akan menyebabkan MNC menerima kekayaan yang lebih tinggi atau lebih rendah dari pada mengakuisisi perusahaan lokal.
2. Required rate of return
Faktor lain yang mempengaruhi nilai potensial akuisisi adalah rate of return akuisisi, karena terdapat perbedaan biaya modal antar negara. Sehingga akuisisi di suatu negara menjadi lebih menarik dari pada di negara yang lain.
3. Kemampuan untuk menggunakan finansial leverage
Perusahaan kadangkala meminjam dana untuk membiayai akuisisi internasional. Erusahan-perusahaan dibernagai negar meiliki fleksibilitas yang lebih tinggi untuk meminjam dana, karena investor dan kreditor di negara-negara tersebut mau menerima finansial leverage yang lebih tinggi. Perusahaan-perusahaan seperti ini mungkin lebih berhasil dalam menyelesaikan akuisisi internasional.
4. Akuntansi dan peraturan pajak
Sistem akuntansi dan peraturan perpajakan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dalam perusahaan yang melekukkan akuisisi. Karena lebih menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan akuisisi di negara yang sistem akuntansinya lebih menguntungkan dan yang memberikan profisi pajak.
5. Halangan oleh pemerintah negara tujuan
Halangan secara eksplisit maupun implisit yang dilakukan oleh pemerintah negara tujuan terhadap akuisisi yang akan dilakukan MNC tidak selalu memberikan keuntungan. Bahkan kadang merintangi dan menghilangkan kemungkinan untuk melakukan akuisisi.

H. Analisis Risiko Politik dan Ekonomi
Perusahaan umumnya lebih menyukai untuk menanam investasi di negara yang mata uangnya relatif stabil, perekonomiannya sehat, dan peluang risiko politiknya kecil. Namun, dalam praktek tidak semua negara memiliki kondisi yang menguntunkan seperti itu. Oleh karena itu, perusahaan harus menaksir berbagai konsekuensi risiko politik dan ekonomi atas usulan investasi yang potensial (Kuncoro, 2001:404).
Ada empat metode yang dapat digunakan untuk memasukan risiko politik dan ekonomi, seperti risiko fluktuasi mata uang dan nasionalisasi, ke dalam analisis investasi asing, yaitu:
1. Tingkat diskonto yang disesuaikan (Risk-Adjusted Discount Rate)
Dengan menganggap hal lain tetap, tingkat penyesuaian risiko dapat dihitung dari tingkat diskonto perusahaan. Tingkat diskonto cenderung mengurangi nilai proyek secara keseluruhan. Pendekatan ini sangat mudah digunakan, tetapi apabila aliran kas proyek selama periode tidak diketahui secara pasti (tidak menentu) maka risiko yang dimasukan dalam perhitungan proyek juga mengalami ketidakpastian. Akibatnya perhitungan risiko dengan metode ini mengandung subjektivitas dan tidak mencerminkan risiko yang sesungguhnya secara akurat. Namun demikian metode ini masih sering dipakai karena sangat mudah.
2. Certainty Equivalent
Metode ini menganggap bahwa aliran kas proyek dapat dikalikan dengan suatu koefisien certainty ekuivalent, dengan nilai antara nol sampai satu. Apabila aliran kas diketahui, risiko dapat dimasukan dalam perhitungan. Namun demikian karena metode ini menghitung aliran kas secara ekuivalen, maka nilai risiko yang diperoleh dari perhitungan terkadang terlalu besar untuk tahun-tahun tertentu.
3. Payback period
Payback periode dapat didefinisikan sebagai periode yang diperlukan perusahaan untuk menutup initial outlay. Apabila selama periode proyek tidak dapat menutupi initial outlay, maka proyek tersebut harus ditolak. Begitu pula sebaliknya, proyek dapat diterima apabila aliran kas selama periode lebih besar daripada initial outlay-nya.
Metode ini memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak memperhitungkan aliran kas proyek secara keseluruhan dan tidak memasukkan tingkat diskonto dalam perhitungan penganggaran modal. Apabila jangka waktu proyek lebih panjang daripada waktu penerimaan yang diharuskan dalam payback periode maka proyek tersebut layak diterima, dan NPV akan bernilai positif.


4. Analisis sensitivitas
Terkadang dalam memperkirakan NPV suatu proyek, MNC mengestimasinya melalui estimasi terhadap variabel input. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui seberapa sensitif NPV apabila variabel input berubah. Estimasi terhadap variabel input dapat menghasilkan estimasi baru terhadap NPV. Secara lebih jelas, apabila NPV selalu positif selama masa revisi dalam estimasi, maka proyek tersebut menjadi lebih layak bagi perusahaan. Apabila dalam berapa kasus NPV bernilai negatif, maka keputusan untuk menolak dan menerima proyek menjadi lebih sulit.

I. Evaluasi Kinerja Operasi Luar Negeri
Mengevaluasi kinerja merupakan pusat dari sistem pengendalian yang efektif. Sistem evaluasi kinerja yang dirancang dengan tepat memungkinkan manajemen puncak untuk:
1. Mempertimbangkan profitabilitas operasi yang ada
2. Menentukan araea yang memiliki kinerja tidak seperti yang diharapkan
3. Mengalokasikan sumber-sumber daya perusahaan yag terbatas dengan produktif
4. Mengevaluasi kinerja manajemen
5. Memastikan perilaku manajemen konsisten dengan prioritas strategi.
Evaluasi kinerja untuk operasi luar negeri harus berhubungan dengan kerumitan seperti volatilitas kurs, inflasi luar negeri, harga transfer, budaya nasional yang berbeda, dan sejumlah pengaruh lingkungan lainnya. Jika faktor-faktor ini diabaikan, kantor pusat menghadapi risiko untuk menerima ukuran-ukuran hasil operasi yang terdistorsi. Konsekuensi langsung yanag timbul adalah berkurangnya efisiensi perushaan dan kemungkinan berkurangnya daya saing.


1. Konsistensi
Tujuan utama evaluasi kinerja adalah untuk memastikan profitabilitas. Namun demikian, terdapat potensi untuk terjadinya konflik apabila sistem evaluasi kinerja tidak sesuai dengan sifat khusus operasi luar negeri yang mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari laba jangka pendek.demikian pula, penekanan pada profitabilitas dan efisiensi jangka pendek dapat mengalihkan perhatian dari strategi perusahaan dan manufaktur yang penting dan meniadakan karyawan perusahaan.
Berdasarkan keunikan misi tiap-tiap anak perusahaan luar negeri, sistem evaluasi kinerja harus memungkinkan bagaimana tujuan anak perusahaan sesuai dengan keseluruhan tujuan perusahaan. Perusahaan harus yakin untuk tidak mengorbankan tujuan jangka panjang karena manajer anak perusahaan terlalu sibuk dengan hasil jangka pendek. Kepatuhan terhadap tujuan jangka panjang dapat dicapai dengan memastikan bahwa tujuan kinerja jangka pendek dan insentif manajemen terpenuihi di dalam rencana strategis perusahaan.

2. Kinerja Unit versus Manajemen
Tindakan beberapa pihak, masing-masing dengan kepentingan yang berbeda terhadap hasilnya, dapat memengaruhi kinerja operasi luar negeri. pihak-pihak ini meliputi (tidak terbatas pada) manajemn lokal, manajemen kantor pusat, pemerintah negara penerima dan pemerintah negara induk perusahaan.
Manajer lokal dengan jelas dapat memengaruhi laba yang dilaporkan melalui keputusan operasi. Keputusan yang dibuat oleh kantor pusat juga memengaruhi laba luar negeri. Untuk melindungi niali aktiva yang terletak pada negara yang rentan terhadap devaluasi, bagian treasuri perusahaan seringkali menginstruksikan unit luar negeri untuk mengirimkan dana kepada anak perusahaan yang berlokasi di negara dengan nilai mata uang yang kuat.
Tindakan dan kebijakan pemerintah negara tuan rumah juga secara langsung memengaruhi hasil yang dilaporkan dari suatu anak perusahaan asing. Rasio ketentuan kapitalisasi minimum di berbagai negara seringkali memperbesar nilai investasi yang menjadi dasar perbandingan laba. Kontrol valuta asing yang membatasi ketersediaan mata uang asing untuk membayar impor yang diperlukan seingkali akan menekan kinerja anak perusahaan. Kontrol gaji dan harga juga dapat merusak kinerja yang dilaporkan oleh manajer lokal.
Manajer lokal harus dievaluasi hanya berdasarkan pos-pos neraca dan laporan laba rugi yang dapat mereka pengaruhi.evaluasi spesifik dapat dilakukan dalam praktik dengan membagi masing-masing pos neraca dan laporan laba rugi menjadi komponen yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan.

3. Kriteria Kinerja
Dua dari kriteria kinerja keuangan yang paling banyak digunakan oleh MNC ketika mengevaluasi operasi luar negeri adalah pengembalian atas investasi (return on investment-ROI) dan kinerja yang dianggarkan. ROI menghubungkan laba perusahaan menurut dasar investasi tertentu, kinerja yang dianggarkan membandingkan kinerja operasi dengan anggaran. Ukuran ROI lebih tepat untuk mengukur kinerja unit, sedangkan perbandingan anggaran lebih bermanfaat dalam mengevaluasi manajer.
Kriteria non keuangan menekan ukuran keuangan dengan memberikan perhatian terhadap tindakan-tindakan yang mungkin secara signifikan memngaruhi kinerja jangka panjang. Kriteria ini sangat penting khususnya dalam memisahkan kinerja manajemen dan unit.
Ukuran-ukuran non keuangan yang penting mencakup pangsa pasar, inovasi produk dan proses, pengembangan personalia dan moral karyawan, dan ukuran produktivitas. Juga kinerja dalam tanggung jawqab sosial dan hubungan dengan pemerintah negara tuan rumah. Faktor-faktor tersebut sangat penting untuk memastikan berlanjutnya keberhasilan di luar negeri.
4. Isu Pengukuran dan Perubahan Harga dalam Evaluasi
Perancang sistem evaluasi untuk operasi luar negeri juga harus menghadapi isu pengukuran akuntansi. Apakah nilai aktiva dalam mata uang lokal harus disesuaikan terhadap perubahan harga jika inflasi merupakan faktor pendorong yang signifikan? Penyajian ulang seperti itu akan mempengaruhi secara langsung pengukuran berbagai komponen ROI dan statistik kinerja untuk evaluasi anggaran dan kinerja.


BAB III
ANALISIS KOMPARATIF


A. Mengukur Ekspektasi Pengembalian
Mengukur ekspektasi arus kas suatu investasi asing merupakan hal yang cukup menantang. Misalkan untuk keperluan diskusi semata, unit operasi manufaktur Daimler Chrysler di AS sedang mempertimbangkan untuk membeli 100 kepemilikan fasilitas manufaktur di Rusia. Induk perusahaan AS akan mendanai setengah dari investasi tersebut dalam bentuk uang tunai dan peralatan; sisanya akan didanai oleh pinjaman bank lokal dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Fasilitas Rusia tersebut akan mengimpor setengah dari bahan mentah dan komponennya dari induk perusahaan AS dan akan mengekspor setengah dari basil produksinya ke Hungaria. Untuk mengembalikan dana kepada induk perusahaan, fasilitas Rusia akan membayar lisensi, royalti untuk penggunaan paten induk perusahaan, dan imbalan jasa teknis untuk jasa manajemen yang diterima. Laba dari fasilitas Rusia akan dikirimkan kepada induk perusahaan sebagai dividen. Tampilan 10-2 memberikan gambaran proyeksi arus kas yang perlu diukur.

Metode untuk mengestimasikan proyeksi arus kas yang terkait dengan fasilitas di Rusia mirip dengan yang digunakan untuk sebuah perusahaan domestik. Pikiran penerimaan didasarkan pada proyeksi penjualan dan pengalaman antisipasi penagihan. Beban operasi (yang dikonversikan sesuai dengan setara kas) dan pajak lokal juga sama-sama diramalkan. Namun demikian terdapat tambahan karumitan yang harus dipertimbangkan, antara lain :
1. Arus kas Proyek versus induk perusahaan
2. Arus kas induk perusahaan yang terkait dengan pendanaan
3. Pendanaan yang bersubsidi
4. Risiko politik
Proses ini juga harus mempertimbangkan pengaruh perubahan harga dan fluktuasi nilai mata uang atas ekspektasi pengembalian mata uang asing. Jika arus kas dalam mata uang lokal bersifat tetap (yaitu jika perusahaan Rusia tersebut dalam bentuk investasi obligasi), maka pengukuran pengaruh kurs akan bersifat langsung. Di sini depresiasi rebel Rusia terhadap dolar AS mengurangi nilai ekuivalen dolar atas pendapatan bunga di masa depan. Apabila suatu perusahaan manufaktur yang masih beroperasi menghasilkan laba dalam mata uang asing, analisis yang dilakukan akan lebih rumit. Perubahan kurs memengaruhi arcs kas operasi bersih. Dengan demikian, pengukuran akuntansi atas pengaruh kurs terhadap masing-masing jenis aktivitas (seperti penjualan domestik vs ekspor, biava domestik vs impor dan pengaruh kumulatif terhadap proyeksi arus kas) menjadi perlu dilakukan.
Apabila sudut pandang induk perusahaan yang digunakan, arus kas untuk induk perusahaan jarang sekali mencerminkan arus kas perusahaan afiliasi luar negeri. Satu-satunya arus kas yang relevan adalah arus kas yang memiliki konsekuensi langsung terhadap induk perusahaan.
Sumber utama arus kas induk perusahaan meliputi pinjaman dari induk perusahaan, dividen, biaya lisensi, beban overhead, royalti, harga transfer untuk pembelian dari atau penjualan kepada induk perusahaan dan estimasi nilai akhir proyek. Pengukuran arus kas ini memerlukan pemahaman atas perbedaan akuntansi nasional, kebijakan repatriasi pemerintah, laju inflasi, dan kurs potensial masa depan serta perbedaan pajak.
Perbedaan dalam prinsip akuntansi menjadi relevan jika manajer keuangan bergantung pada laporan keuangan pro forma dengan dasar lokal ketika mengestimasikan arus kas masa depan. Apabila aturan pengukuran yang digunakan untuk menyusun akun-akun ini berbeda dari aturan yang digunakan di negara asal induk perusahaan, maka dapat terjadi perbedaan dalam estimasi arus kas. Perbedaan ini dapat memengaruhi pajak penghasilan perusahaan dan arus kas.
Dengan demikian, diperlukan estimasi inflasi masa depan dan pengaruhnya terhadap kurs masa depan yang digunakan untuk mengonversikan arus kas luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan. Akhirnya, provisi yang berkaitan dengan pengenaan pajak atas sumber laba luar negeri harus dipertimbangkan.

B. Praktik Evaluasi Kinerja: ICI
Selama masa embargo awal tahun 1970-an, harga minyak yang merupakan salah satu bahan mentah utama ICI meningkat sebanyak 5 kali lipat dalam 1 tahun. Akibatnya, manajemen puncak diinformasikan bahwa tingkat pengembalian sebesar 50 persen tidak cukup. Pengamatan atas pengaruh inflasi terhadap akun-akun historis mengungkapkan enam konsekuensi negatif sebagai berikut:
1. Harga pokok penjualan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan penjualan kini;
2. Modal yang digunakan dinilai lebih rendah terkait dengan nilai kini;
3. Sebagai akibat dari poin (1) dan (2), pengembalian atas modal dinilai lebih tinggi secara ganda;
4. Perbandingan kinerja divisi yang didasarkan pada aktivitas serupa dengan umum yang berbeda merupakan sesuatu yang tidak tepat;
5. Perbandingan kinerja anak perusahaan antarnegara tidak bermakna;
6. Perbandingan kinerja antarwaktu tidak valid.
Untuk menghilangkan distorsi ini, ICI menetapkan pernyesuaian biaya kini (Current Cost Adjustment) ke dalam sistem pelaporan internal. Selain itu, ICI juga membagi ukuran kinerja kedalam dua kategori, yaitu:
1. Jangka panjang
ICI menggunakan ukuran arus kas untuk menentukan apakah suatu produk akan menghasilkan uang yang cukup untuk membayar penggantian pabrik, bagiannya untuk biaya perusahaan dan menghasilkan laba untuk mendanai perubahan yang realistis. Sebagai ukuran ROI, ICI menggunakan rasio laba operasi dalam biaya kini (sebelum bunga, pajak, dan dividen) dengan aktiva tetap dalam biaya kini ditambah modal kerja bersih. Aktiva dinilai berdasarkan biaya penggantian dan bersih dari depresiasi untuk unit usaha besar dan belum dikurangkan depresiasi untuk lini produksi yang lebih kecil untuk menghilangkan distorsi akibat umum aktiva (yaitu penyebut akan menurun dalam beberapa waktu semata-mata karena depresiasi, sehingga meningkatkan tingkat pengembalian).
2. Jangka pendek
Ukuran kinerja jangka pendek yang utama adalah dengan membandingkan hasil aktual dengan anggaran, dengan perhatian khusus pada rasio keuangan seperti marjin laba kotor.
ICI menggabungkan ekspektasi inflasi ketika menyusun harga jual dan biaya operasi seperti perkiraan beban tenaga kerja untuk anggaran lokal. Dengan demikian, kinerja dilacak dengan menggunakan biaya aktual barang yang terjadi setiap bulan. Anggaran juga mencakup ramalah beban depresiasi berdasarkan indeks lokal yang mencerminkan biaya penggantian aktiva. ICI juga memasukkan ramalan penyesuaian modal kerja moneter (monetaru working capital adjustments) ke dalam anggarannya.
Solusi ICI terhadap pelaporan inflasi pada dasarnya berfokus pada neraca dan laporan laba rugi agregat. Berikutnya ditawarkan sistem pelaporan internal yang memungkinkan manajer untuk mengamati angka yang dilaporkan dengan cara yang lebih terpisah.
Analisis varians valuta asing mengasumsikan bahwa manajer lokal bertanggungjawab terhadap hasil operasi domestik. Idealnya, tanggung jawab manajer lokal terhadap valuta asing harus sejalan dengan kemampuan untuk bereaksi terhadap perubahan kurs.
Pengaruh ekonomi yang ditimbulkan oleh perubahan kurs terhadap kinerja dapat lebih besar daripada yang terlibat melalui ukuran akuntansi saja. Untuk dapat menganalisis lebih lengkap pengaruh inflasi dan volatilitas mata uang, dan memperkuat kemampuan untuk bereaksi, perusahaan perlu untuk menganalisis posisi pasar kompetitif dan pengaruh perubahan mata uang terhadap biaya dan pendapatan dan terhadap persaingan.


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan penganggaran modal MNC, antara lain : fluktuasi valuta asing, inflasi, struktur penganggaran, blocked fund, ketentuan pembayaran, salvage value, insentif pemerintah, biaya sosial, dan pengambilalihan perusahaan oleh pemerintah negara tujuan. Dasar yang dipakai dalam penganggaran modal meliputi nilai sekarang neto, aliran kas tambahan, dan nilai sekarang yang disesuaikan.
Ada dua sudut pandang yang dapat digunakan oleh MNC dalam melakukan penganggaran modal. Sudut pandang ini adalah sudut pandang perusahaan induk dan sudut pandang perusahaan anak. Kedua sudut pandang ini menimbulkan perbedaan hasil akhir analisis penganggaran modal. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil penganggaran modal dari kedua sudut pandang ini adalah perbedaan pajak, pembatasan kiriman, pengenaan biaya administrasi yang terlalu mahal dan perubahan kurs valuta asing.
Selain sudut pandang, ada beberapa karakteristik penting yang perlu dipertimbangkan dalam analisis penganggaran modal, yaitu investasi awal (initial outlays), permintaan konsumen, harga, biaya variabel, biaya tetap, jangka waktu proyek, nilai likuidasi, pembatasan dana transfer, peraturan perpajakan, valuta asing, dan tingkat kembalian yang diharapkan.
Akusisi internasional sama dengan proyek asing lainnya, yaitu sama-sama meliputi initial outlays dan ekspektasi aliran dana yang akan diperoleh pada setiap periode. Regulasi pemerintah atas akuisisi perlu dipertimbangkan MNC ketika melakukan estimasi aliran kas masa yang akan datang.

B. Rekomendasi
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penganggaran modal MNC perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama, perlu dilakukan penelitian lapangan yang lebih mendalam untuk mengetahui kondisi tertentu yang terjadi dalam perusahaan MNC serta negara tujuannya. Hal ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi penganggaran modal MNC. Misalnya, kebijakan ekonomi suatu negara di waktu tertentu pasti akan mempengaruhi strategi penganggaran modal MNC.
Kedua, perlu dilakukan penelitian terhadap semua dasar-dasar penganggaran modal MNC sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana semua dasar-dasar penganggaran modal MNC dapat memberikan hasil yang diharapkan yang sesuai teori.

Leave a Reply